Warga jam'iyyah hafadhoh Al Qur'an (JHQ) kembali mendapatkan motivasi dari seorang senior JHQ yang pernah mendapatkan juara terbaik MTQ internasional di Arab Saudi. Ahad, 25 Maret 2018, Bapak H. Sofyan Hadi Musa, SQ, MA. Yang berkenan Mudarosah bulanan JHQ kali ini diadakan di kediaman beliau yang beralamat Jl. Cempaka V Blok A 48 No 6 Pamulang Permai I.
Warga JHQ mendapatkan semangat baru. Salah satu pesan yang kami dapatkan dari beliau ialah agar senantiasa menjaga hafalan Al-Qur'an yang kita punya. Karena walaupun seorang Kyai dan punya pondok besar, bila qur'annya tidak pernah di ulang, ia akan hilang dalam ingatan kita. Maka dari itu sangatlah penting acara mudarosah semacam ini untuk di lestarikan dan dijadikan salah satu alat untuk menguatkan kembali hafalan kita. Jangan sampai karena kesibukan duniawi, kita lalai dalam menjaga hafalan.
Ketika kita ditanya “Siapa sih yang tidak bahagia ketika hafalan Al-Qur’annya lancar?” Pasti tidak ada. Semua orang yang memiliki hafalan yang lancar pasti hatinya akan nyaman dan tentram. Walaupun belum memiliki pekerjaan tetap dan gaji masih sedikit. Namun tetap akan terasa bahagia. Karena galaunya penghafal Al-Qur’an ialah ketika hafalan tidak nambah-nambah, sedangkan muroja’ah kacau.
Di dalam kehidupan, kita memang harus berjuang terlebih dahulu. Sebagai contoh, kita mengambil kisah dari beliau. Dulu awal mula Qori' internasiolan itu masuk ke PTIQ, perekonomian keluarganya sedang memburuk. "Pak, jadi nggak saya kuliah?" Tanya beliau kepada bapaknya. "Jadi, nanti bapak titipkan kamu sama orang kaya di Jakarta" Ia sempat bingung, apakah benar bapaknya mempunyai teman yang kaya di Jakarta. Ternyata itu ialah doa seorang bapak kepada anaknya dengan penuh keyakinan bahwa kelak akan ada rezeki yang tak terduga dari Allah S.w.t. Dan benar, Sewaktu beliau kuliah di PTIQ ada saja rezeki yang datang menghampirinya, bahkan bukan meminta uang kiriman dari orang tua melainkan malah sebaliknya. Beliau yang mengirim uang kepada orang tuanya.
Ketika Al qur'an sudah melekat dalam tubuh kita, maka jangan takut kedepan akan seperti apa. Bapak Sofyan sempat bercerita "Ada teman, beliau lulusan kudus, hafalannya lancar, ketika ia keluar dari PTIQ, dia sempat bekerja menjadi tukang ojek sampai menjadi penjual pecel. Namun karena beliau tetap istiqomah dalam menjaga hafalannya, akhirnya sekarang beliau mempunyai pondok pesantren." Itulah sebagian kecil Allah menampakkan keberkahan dari Al-Qur’an. Walaupun kita nanti ingin menjadi guru, pedagang, atau penjual, tetap jadikan Al-Qur'an sebagai modal dasar kita. Agar hidup semakin berkah.
Warga JHQ mendapatkan semangat baru. Salah satu pesan yang kami dapatkan dari beliau ialah agar senantiasa menjaga hafalan Al-Qur'an yang kita punya. Karena walaupun seorang Kyai dan punya pondok besar, bila qur'annya tidak pernah di ulang, ia akan hilang dalam ingatan kita. Maka dari itu sangatlah penting acara mudarosah semacam ini untuk di lestarikan dan dijadikan salah satu alat untuk menguatkan kembali hafalan kita. Jangan sampai karena kesibukan duniawi, kita lalai dalam menjaga hafalan.
Ketika kita ditanya “Siapa sih yang tidak bahagia ketika hafalan Al-Qur’annya lancar?” Pasti tidak ada. Semua orang yang memiliki hafalan yang lancar pasti hatinya akan nyaman dan tentram. Walaupun belum memiliki pekerjaan tetap dan gaji masih sedikit. Namun tetap akan terasa bahagia. Karena galaunya penghafal Al-Qur’an ialah ketika hafalan tidak nambah-nambah, sedangkan muroja’ah kacau.
Di dalam kehidupan, kita memang harus berjuang terlebih dahulu. Sebagai contoh, kita mengambil kisah dari beliau. Dulu awal mula Qori' internasiolan itu masuk ke PTIQ, perekonomian keluarganya sedang memburuk. "Pak, jadi nggak saya kuliah?" Tanya beliau kepada bapaknya. "Jadi, nanti bapak titipkan kamu sama orang kaya di Jakarta" Ia sempat bingung, apakah benar bapaknya mempunyai teman yang kaya di Jakarta. Ternyata itu ialah doa seorang bapak kepada anaknya dengan penuh keyakinan bahwa kelak akan ada rezeki yang tak terduga dari Allah S.w.t. Dan benar, Sewaktu beliau kuliah di PTIQ ada saja rezeki yang datang menghampirinya, bahkan bukan meminta uang kiriman dari orang tua melainkan malah sebaliknya. Beliau yang mengirim uang kepada orang tuanya.
Ketika Al qur'an sudah melekat dalam tubuh kita, maka jangan takut kedepan akan seperti apa. Bapak Sofyan sempat bercerita "Ada teman, beliau lulusan kudus, hafalannya lancar, ketika ia keluar dari PTIQ, dia sempat bekerja menjadi tukang ojek sampai menjadi penjual pecel. Namun karena beliau tetap istiqomah dalam menjaga hafalannya, akhirnya sekarang beliau mempunyai pondok pesantren." Itulah sebagian kecil Allah menampakkan keberkahan dari Al-Qur’an. Walaupun kita nanti ingin menjadi guru, pedagang, atau penjual, tetap jadikan Al-Qur'an sebagai modal dasar kita. Agar hidup semakin berkah.
Komentar
Posting Komentar