Langsung ke konten utama

Ummah



Sinar mentari bersinar, ia tak malu memperlihatkan keindahan,  cahayanya menembus rangkaian awan menyampaikan salam pertemuan kepadaa Bumi, bahwa ia akan mengawal cuaca cerah pagi ini.
“Loh Ka Uswah, mau setoran pertama?” Tanya Ummah  saat mau menerima setoran hafalan Kakak-kakak cewek.
“Iya Bu, Uswah ada presentasi hari ini, harus berangkat pagi-pagi buat persiapan, hehe.” Sahut Kak Uswah. Memang, Kakak-kakak yang mondok ditempatku, rata-rata adalah Mahasiswa, entah apa itu pokoknyankata meraka itu sekolahnya orang-orang dewasa. perjalanan dari pondok ke tempat mereka belajar agak lumayan jauh, apalagi kalau berhadapan dengan kemacetan, aku saja yang sekolah TK ku dekat bisa merasakan parahnya macet di Jakarta.
“Oh, ya sudah silahkan.” Dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, Ibu membimbing para santri.
A'udzubillahi minasysyaithonirrojim..” kak Uswah memulai bacaan hafalannya.
***
“Haikal, mandi Nak.. ayo siap-siap sekolah.” Ibu lebih sering menemaniku. Karena Abi sering keluar kota. Kadang bisa menginap dua sampai tiga hari. Dan bulan ini Abi sedang berangkat Haji, katanya besok kalau aku sudah besar aku mau diajak ke Ka'bah.
“Iya Ummah, tapi nanti berangkatnya pakai mobil ya.” Aku memang manja, mau berangkat sekolah saja minta diantar pakai mobil, karena entah kenapa aku lebih suka saja naik mobil. Bahkan kadang aku mengancam tidak mau berangkat sekolah kalau tidak diantar pakai mobil. Tapi aku sangat beruntung memiliki Abi dan Ummah yang selalu sabar menghadapi sifat manjaku.
“Iya iya.. Kak Shofyan!! Kak Shofyan!!.” Ibu memanggil Kak Shofyan.
“Iya Bu..” Sahut Kak Shofyan dari kamar santri.
“Itu Haikal Ngga mau sekolah kalau Ngga diantar pakai mobil, nanti Kak Shofyan antar ya”
“Iya Bu, nanti akan saya antar” Kak Shofyan memang sering mengantarku ke sekolah kalau pakai mobil. Dia juga sopir Abi kalau mau keluar kota.
Setelah beberapa lama, Kak Uswah mendatangi Ummah. Kayaknya dia mau berangkat Kuliah.
“Ibu, Uswah izin berangkat dulu ya.”
“Loh, sudah sarapan belum. Yang piket belum masak ya, itu ada telur kalau Kak Uswah mau.”
“Iya Bu, nanti saja, Uswah Ngga  terlalu lapar kok. Nanti kalau lapar bisa jajan di kantin”
“Yang benar, nanti sakit perut loh, makan dulu Kak.”
Ummah memang sosok yang sangat perhatian, bukan hanya ke aku, tapi juga kepada semua santri-santrinya. Ummah sudah menganggap mereka sebagai anaknya sendiri. Ummah selalu memosisikan dirinya sebagai Ibu kandung, juga teman. Ummah bukan sosok Nyai yang ingin ditakuti. Disegani oleh para santri-santrinya. Ummah sangat akrab sama kakak-kakak di sini. Namun disisi lain, Kakak-kakak juga selalu memosisikan dirinya sebagai santri, yang harus taat dan hormat kepada Gurunya.
***
“Haikal, ayo berangkat, sudah ditunggu Bu Guru loh. Naik motor saja ya. Kalau pakai mobil macet, nanti terlambat loh.” Kak Shofyan mengajak.
“hmm hmm, ngga mau, pokoknya pakai mobil. Ya sudah Haikal ngga mau sekolah.”Aku pura-pura ngambek, dengan kerutan di wajah, meringikkan suara seolah-olah mau menangis.
“Ngambek, Haikal ngambek. Haha, iya ayo naik.”
Jarak antara rumah dengan TK Ar Roudhoh tempatku belajar memang tidak jauh, palingan cuma sepuluh menit sudah sampai kalau naik motor. Aku agak males untuk sekolah, enakan main dirumah sama teman dan kakak-kakak. Makanya aku suka bandel kalau disuruh buat berangkat. Walaupun juga aku kasihan sama Ummah dan Abi. Nanti sepulang sekolah aku minta jalan-jalan dulu ah pakai mobil. Sama mampir ke Alfa Mart mau beli es cream.
“Kak Ian, nanti jemput aku lagi ya.”
“Iya Haikal.”
“Pakai mobil.” Aku meminta.
“Iya Haikal. Emangnya Haikal pulang jam berapa?.”
“Palingan Jam 10 sudah pulang.”
“Siap Bos, Nanti Kak Ian jemput.”
***
Panas Matahari semakin terik, seakan aku pingin buka baju, karena di leher terasa mencekik. Ditambah suara kendaraan bermotor dipinggir jalan dengan musik klaksonnya yang tak berirama menunjukkan ketidak sabaran mereka menghadapi kemacetan Ibu Kota. Ngomong-ngomong mana ya Kak Shofyan,  kok belum datang-datang. Habis ini kan mau aku ajak jalan-jalan dan beli es cream. Aku sudah tidak sabar.
“Pim-pim pim-pim.” Suara apa itu, kayaknya tidak asing ditelingaku. Setelah tengok kanan kiri ternyata ada mobil avanza putih, pasti Kak Shofyan.
“Kak Shofyan!!.” Aku meneriakinya.
“Ayo pulang ngga?.” Kak Shofyan membalas.
“Pulang, tapi muter-muter dulu ya Kak, sama beli es crem”
“Loh emangnya Haikal bawa Uang.”
“Hmm hmm, Pingin es cream”
***
Aku ingat, Ummah pernah marah sama Kakak-kakak yang suka ngasih jajan ke aku. Pernah waktu itu aku ketahuan beli makanan, padahal Ummah ngga ngasih uang jajan. Ia sudah pasti tahu aku dibeli in sama kakak-kakak. Ummah paling ngga suka ngrepotin orang lain.
“Assalamu’alaikum..” ucap ku memberi salam.
“Wa’alaikumussalam, eh Haikal pulang. Loh kok beli es cream.
“Iya, Haikal pingin es cream Ummah, kan tadi pulang sekolah panas, dan Haikal tadi disekolah jajan makanan pedas, jadi haus Ummah.”
“Haikal pinter ya cari alasan. Kak Shofyan, itu Kakak yang beliin?.” Tanta Ummah ke Kak Shofyan.
“Iya Bu, ngga papa, tadi Haikal mau nangis kalau ngga dibeli in.” Jawab Kak Shofyan, padahal aku cuma pura-pura saja. Berarti aku berhasil, yes.
“Ya Allah Haikal, besok-besok jangan gitu lagi. Ka Ian habis berapa, ini Ibu ganti.”
“Sudah Bu, ngga papa.”
Setelah bercakap-cakap dengan Kak Shofyan, ku lihat dari baju yang rapi, bau yang harum, serta tas kecil disampingnya kayaknya Ummah mau pergi.
“Ummah mau kemana?”
“Ummah mau ke Majelis Ibu-ibu RT sebelah dulu ya, Haikal ngga usah ikut. Haikal main sama Kakak-kakak saja, itu tadi Ummah beli bola”
“Bola baru ya Mah? Asyik, bola baru” bergegas aku ganti baju. Bersemangat ingin mencoba bola yang sudah lama aku minta ke Ummah belum dibeli beli in.
***
Ummah memang super sibuk. Selain mendidik dan mengurus aku yang bandel ini, juga Kakak-kakak santri, Ummah aktif mengisi di pengajian Ibu-ibu. Mulai dari RT sebelah sampai keluar desa. Karena Ummah Pernah cerita, dulu beliau aktif ikut menjadi anggota PMII, aku juga kurang tahu itu apa, kata Ummah pokoknya sekumpulan Mahasiswa yang suka bikin kegiatan-kegiatan gitu, dan Ummah pernah menjadi ketuanya. Ummah hebat ya, walaupun perempuan tapi tetap tidak mau kalah sama laki-laki yang bisa bebas aktif bermasyarakat.
Belum lama ini, aku sama Kakak-kakak cewek disuruh nemenin Ummah mengisi pengajian di majelisnya. Aku diperbolehkan ikut karena ada Kakak-kakak cewek yang kebetulan juga diundang untuk mengisi sholawat pada acara itu.
“hehehe...” aku tertawa.
“Itu Ummah lagi ceramah Dek, Ummah lucu ya.” Kakak-kakak pun pada ketawa, mendengar lucunya Ummah pas lagi ceramah.
Setelah Ummah selesai ceramah, Ummah tanya sama Kak Nilla yang ada disampingku.
“Tadi gimana Ummah Ceramahnya Nilla?”
“Bagus kok Bu. Pada memperhatiin” jawab Kak Nilla.
“Ibu aslinya grogi Nil, ngga biasa ceramah dihadapan bapak-bapak. Hihi. Ibu bosenin ngga tadi?”
“Engga Bu, Ibunya lucu, jadi ngga bosenin. Tadi aja Haikal ikut ketawa loh Bu, hehe.”
“Ibu tadi percaya diri aja, kan mereka juga ngga kenal Ibu, yang penting Ibu bisa leluasa menyampaikan materi, tanpa menyinggung perasaan mereka. Ya sudah Yuk kita pulang.”
***
Langit mulai mengibarkan bendera biru kemerah-merahannya, aku pernah bertanya katanya itu namanya senja. Yang berarti matahari izin pamit meninggalkan bumi.  Berhenti mengawal cerahnya hari ini. Namun aku tidak perlu khawatir, sebentar lagi Bulan yang akan menemani, bersama prajurit-prajuritnya yaitu bintang bersama bulan menghiasi angkasa ruang.
“Kak Uswah ngga ngajar TPQ sore ini?” Tanya Ummah ke Kak Uswah.
“Ngga Bu, Uswah jaga Ibu saja disini, kan Ibu masih sakit” Ummah sepulang dari pengajian memang terlihat lemas, wajahnya putih pertanda pucat, untuk berjalan saja tidak kuat. Mungkin Ummah kecapekan.
“Ya Allah, Ibu ngga papa kok Kak, Kak Uswah ngajar saja ngga papa. Maafkan Ibu, gara-gara ibu sakit, Uswah jadi ngga ngajar.”
“Iya Bu, Uswah mau nemenin Ibu saja.”
Kak Uswah keluar dari kamar Ummah, aku mendengar kayak ada suara tangisan. Mungkin Kak Uswah ngga kuat menahan tangis di hadapan Ummah. Karena merasakan begitu sayangnya Ummah kepada Kakak-kakak santri.
Semenjak Ummah ditinggal pergi Haji sama Abi, Ummah terlihat lebih sibuk. Jadwal pengajiannya semakin banyak, walaupun begitu Ummah kayak tidak punya lelah gitu. Entah kekuatan apa yang dimiliki Ummah. Coba bayangkan pagi setelah subuh menerima setoran Kakak Cewek, setelah itu nyiapin aku buat berangkat sekolah. Belum juga kadang Ummah ikut bantu masak Kakak Cewek. Siang kalau ada Undangan pengajian Ibu pasti berangkat.  Kalau sore ikut memantau TPQ yang belajar dirumahku. Terus malamnya menerima hafalan ngulang dari Kakak cewek. Pokoknya Ummah super sibuk.
Aku masih penasaran kenapa Kak Uswah menangis.
“Kak Uswah kenapa Nangis?”
“Ngga papa kok dek. Kakak ngga papa”
“Terus itu kenapa matanya keluar air”
“Dek.. sini Kakak bilangin, Dek Haikal harus nurut kalau dikasih tahu sama Ummah ya. Itu Lihat Ummah sakit kan, Haikal Ngga kasihan sama Ummah.” Aku menyimak apa yang dikatakan Kak Uswah.
“Kak Uswah tu ngga tega lihat Ummah kecapekan, Kak Uswah sudah menganggap Ummah seperti Ibu kandung aku sendiri. Haikal tahu tidak, disini tuh Kakak-kakak semua tidak bayar buat sewa tempat, buat listrik, semuanya gratis Dek. Sudah begitu kami dikasih makanan lagi tinggal mengolahnya. Padahal Dek, diluar sana teman-teman Kakak habis uang banyak buat biaya kehidupannya.”
“Iya Kak, Haikal ngga bandel lagi kok.”  Aku pun ikut terharu mendengar cerita dari Ka Uswah.
“Kak Nilla.” Ibu memanggil.
“Iya Bu..” sahut Kak Nilla yang sedang piket masak sore di dapur.”
“Nanti malam habis Isya semua Kakak-kakak santri suruh kumpul di Aula ya, Ibu pingin ngomong sesuatu.”
“Iya Bu, nanti Nilla sampaikan ke teman-teman.”
***
Malam itu Aula sudah ramai berkumpul Kakak-kakak cewek dan cowok. Sesuai permintaan dari Ummah, bahwa setelah Isya Kakak-kakak disuruh kumpul.  Sembari menunggu semuanya kumpul, aku memamerkan bola baruku yang tadi siang baru saja dibeliin sama Ummah.
“Assalamu’alaikum Kakak-kakak semua.” Ibu membuka percakapan.
“Wa’alikumussalam Warohmatullah Wabarokatuh.”
“Kakak-kakak semua sehat kan, sudah pada makan?”
“Alhamdulillah Ibu.”
“Kakak langsung saja ya, Ibu cuma pingin ngobrol sama kalian. Ibu mau tanya. Apakah kalian menganggap saya sebagai Ibu kalian? Guru kalian?” aku yang duduk dipangkuan Ibu melihat pipinya basah, Ibu berbicara sambil meneteskan air mata.
“Ibu terima kasih sekali sama Kakak-kakak sudah mau nurut dan ngga nakal selama ditinggal Bapak  pergi Haji, kalian ngga pergi kemana-mana, masih mau ngaji walau tidak diawasi sama Bapak. Ibu minta tolong, jaga nama baik Ibu dan Bapak. Ibu dulu ikut organisasi, belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik. Ibu sengaja mengajak kalian bercanda agar kita dekat dan akrab, agar kalian tetap hormat bukan karena takut, tapi karena sayang. Walaupun kalian kuliah, sudah menjadi mahasiswa, tapi tetaplah berakhlaq santri. Ibu berpesan pada kalian, jaga budi pekerti. Bersikap ramah terhadap warga sekitar. Ibu ngga bisa memberikan apa-apa. Hanya doa dan terus berusaha membimbing kalian agar menjadi anak yang sholeh dan sholehah. Kelak kami akan bangga dan senang mendapat kabar kesuksesan kalian.”
Suasana hening, hanya suara Ummah yang terdengar di ruangan ini, juga suara Kakak-kakak menahan tangis karena ikut sedih mendengar cerita dari Ummah. Hampir semua Kakak-kakak menangis, aku kurang begitu paham. Mungkin karena aku masih kecil, jadi kurang begitu paham mengapa Ummah dan Kakak-kakak sampai menangis sebegitunya. Aku hanya bisa ikut sedih melihat sekelilingku pada menangis. Tapi memang benar Kakak-kakak nurut sama Ummah walau ditinggal sama Abi.
***
“Haikal, ini Abi telepon dari Mekkah.” Ummah memanggilku yang sedang asyik bermain sama Kak Uswah dan Kak Nilla.
“Mana Ummah, aku kangen sama Abi.” Sambil meraih smartphone Ummah.
“Halo Abi.”
“Iya Haikal, tadi Haikal sekolah ngga?
“Iya Abi, tadi Haikal sekolah  diantar pakai mobil sama Ka Ian. Abi lagi dimana?”
“Oh, sekolahnya yang rajin ya. Ini Abi lagi di Ka'bah. Haikal cepat gede ya, nanti Abi ajak Haikal ke Ka'bah.”
“Iya Bi..”
“Haikal nanti mau dibeliin apa sama Abi?”
“Haikal pingin jam tangan Bi, sama mainan.”
“Ya sudah, nanti Abi beli in ya. Sekarang Haikal tidur, besok sekolah kan. Sudah ya Assalamu'alaikum.”
“Wa’alaikumusalam Bi..”
“Ummah.. Ummah.. Ye asyik besok mau dibeliin mainan sama Abi.”
“Iya sayang, sudah sekarang Haikal tidur ya. Ayo baca doa dulu”
“Iya Ummah. ”
Hari ini aku sangat senang ada berbagai peristiwa yang membuatku semakin sayang sama Ummah. Sosok yang luar biasa, bukan hanya untuk keluarga tetapi juga agama dan masyarakat.
Aku menengok ke jendela, ternyata memang benar, ada pengganti matahari yang menyinari malam hari. Bulan bersama kawannya Bintang menghiasi angkasa, membuat mataku selalu melihat keindahan, sebelum benar-benar terpejam. Selamat malam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH ASBAB Al-NUZUL SURAT AL-BAQARAH AYAT 196, 197, DAN 198

MAKALAH ASBAB Al-NUZUL SURAT AL-BAQARAH AYAT 196, 197, DAN 198 Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asbab al-Nuzul Dosen Pengampu: Dr. Zaenal Arifin Madzkur, MA Disusun Oleh: Ja’far Shodiq Majdi Hafizhur Rahman INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL–QUR’AN JAKARTA PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN 2019 BAB I PENDAHULUAN A.   Latar Belakang Ada banyak bingkai ilmu untuk memahami dan menafsirkan al-Qur’an. Dalam ulumul qur’an misalnya, ada sederet bab tentang bermacam-macam prinsip keilmuan dalam al-Qur’an. Salah satunya adalah Asbab al-Nuzul , Quraish Shihab dalam bukunya “Kaidah Tafsir” mengutip tentang definisi asbabun nuzul yang populer di kalangan ulama yaitu berbagai peristiwa yang terjadi semasa turunnya ayat al-Qur’an, baik peristiwa tersebut terjadi sebelum maupun sesudah turunnya ayat dan dimana peristiwa tersebut berkaitan atau dapat juga dikaitkan dengan peristiwa tersebut. [1...

MAKALAH TAFSIR AL-IBRIZ

MAKALAH TAFSIR AL-IBRIZ Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Tafsir di Indonesia Dosen pengampu: Ansor Bahary, MA. Disusun Oleh : Ja’far Shodiq Ahmad Mubarok Alyamamah INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL – QURAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN 2020 BAB I PENDAHULUAN Al-Qur’an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., dengan berbahasa Arab sebagai petunjuk bagi manusia, menjadi penjelas bagi segala sesuatu yang mengetahui dan yang bersedia   mendengarkan. [1] Sebagai firman Allah SWT., al-Qur’an adalah media yang dijadikan alat komunikasi   Allah SWT., dengan manusia. Perintah, larangan, kabar gembira, kabar buruk, petunjuk Allah SWT., hanya dapat diketahui oleh manusia melalui firman-Nya. Inilah yang menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk penting dalam agama Islam. Harus diingat, bahwa pemeluk agama Islam bukan hanya pada lokalitas tertentu yang mempunyai ...
Hai yogya? Bagaimana kabarmu? Iya, kamu.. Kamu tempat kelahiranku Kamu yang membesarkanku Kamu yang menjadi guruku Kamu yang selalu ku rindu Kamu yang selalu ku cinta Kamu yang selalu ku bangga Kamu yang selalu mengingatkanku, Bahwa sejauh kemanapun aku pergi, Kamulah tempatku kembali...