MAKALAH
TAFSIR TEMATIK IBADAH KURBAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Tafsir Tematik Ibadah
Dosen Pengampu: Andi Rahman, MA.
Disusun Oleh:
Izzat Zaini (171410621)
Ja’far Shodiq (171410622)
L. Septiawan Hidayat (171410625)
Majdi Hafizhur Rahman (171410629)
INSTITUT
PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA
PROGRAM
STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS
USHULUDDIN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebuah perintah
dari Allah SWT kepada hambanya tentu mengandung hikmah untuk umat manusia
berlomba mencari kebaikan. Termasuk dalam berkurban. Sebelum
diperintahkan kepada Nabi Ibrahim AS, perintah berkurban sudah ada sejak zaman
Nabi Adam AS. Hal ini dimuat dalam surat Al-Maidah ayat 27.
Ibadah kurban
merupakan salah satu potret sejarah panjang sehingga sampai kepada umat Nabi
Muhammad SAW, sebagai Nabi
terakhir. Ritual kurban bukanlah sekedar ritual tanpa makna atau tradisi tanpa
arti. Disyari’atkannya ibadah kurban merupakan penciptaan salah satu hukum
Islam yang menjadi tolak ukur ketaqwaan manusia dalam kehidupan terhadap Sang Pencipta.
Kurban dalam Islam juga dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, yang
dilakukan sesuai dengan perintah agama. Menyembelih hewan kurban mengandung
nilai kesabaran dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah, menggugah niat
berlaku ikhlas, serta mencerminkan keteguhan iman dan ketakwaan murni.
Pada makalah ini
kami akan memaparkan penjelasan mengenai ibadah kurban menurut perspektif
Al-Qur’an. Semoga dengan hadirnya makalah ini kita bisa mengambil pelajaran dan
hikmah dari berbagai ayat mengenai ibadah kurban.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kurban?
2. Apa esensi dan hakikat ibadah kurban?
3. Apa hikmah atau manfaat ibadah kurban?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi kurban.
2. Mengetahui esensi dan hakikat ibadah
kurban.
3. Mengetahui manfaat ibadah kurban.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurban
Kata kurban secara Bahasa berasal dari kata
qurban, dari akar kata qaruba (fi’il madi ) dan yaqrubu (fi’il mudari’)
qurbanan (masdar) yang berarti “ dekat.”
Dalam kitab fathul qarib menurut pandangan yang paling masyhur, yaitu
nama binatang ternak yang disembelih pada hari raya kurban dan hari tasyriq
karena untuk mendekatkan diri kepada allah.
Sedangkan dalam tafsir al misbah kata
qurban terambil dari akar kata yang berarti dekat. Huruf alif dan nun yang
menghiasi akhir kata tersebut mengandung makna agung dan kesempurnaan. Sesuatu
yang dipersembahkan kepada allah SWT dengan tujuan mendekatkan diri kepada
allah.
Sedangkan secara istilah adalah mendekatkan
diri dengan jalan apa yang yang dikurbankan, dimana pendekatan tersebut
digunakan untuk beribadah kepada allah dan adapun simbolnya adalah dengan
menyembelihnya.
B.
Klasterisasi
Ayat
a) Surat Ali
‘Imron Ayat 183
اَلَّذِيْنَ
قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ عَهِدَ اِلَيْنَآ اَلَّا نُؤْمِنَ لِرَسُوْلٍ حَتّٰى
يَأْتِيَنَا بِقُرْبَانٍ تَأْكُلُهُ النَّارُ ۗ قُلْ قَدْ جَاۤءَكُمْ رُسُلٌ مِّنْ
قَبْلِيْ بِالْبَيِّنٰتِ وَبِالَّذِيْ قُلْتُمْ فَلِمَ قَتَلْتُمُوْهُمْ اِنْ
كُنْتُمْ صٰدِقِيْن
memerintahkan kepada kami di dalam taurat. :عهدالينا
: kurban adalah
sesuatu yang dipersembahkan untuk
mendekatkan بقربان diri kepada allah berupa
hewan, uang atau yang lainnya, maksud ayat ini adalah orang-orang yahudi tidak
akan beriman kepadamu sebelum kamu mendatangkan kepada kami (orang yahudi )api
yang memakan kurban.
b) Surat Al Hajj Ayat 34
وَلِكُلِّ
اُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ
مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۗ فَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ فَلَهٗٓ
اَسْلِمُوْاۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِيْنَ
: ritual peribadatan atau kurban yang mereka gunakan untuk منسكا peribadatan atau kurban yang mereka gunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
: adalah kata tempat yang asal
katanya yaitu nusuk yang berarti ibadah مَنْسَك secara mutlak, tetapi lebih banyak digunakan dalam peribadatan
ibadah haji.
·
Munasabah Ayat
Didalam surat al hajj ayat 34 ini terdapat perintah melaksanakan ibadah
kurban. Tetapi jika dilihat dari ayat sebelumnya semua itu berhubungan yaitu
membahas tentang kurban.
Pada ayat yang ke 32 misalnya berbicara bahwasanya melaksanakan ibadah
kurban berarti telah melaksanakan syiar-syiar allah, disebabkan timbul
ketakwaan didalam hati untuk melaksanakannya, kemudian diayat selanjutnya
berbicara jika kita ingin melaksanakan ibadah kurban maka harus memilih
binatang persembahan yang terbaik, dan kemudian dimanfaatkan sampai waktu yang
telah ditentukan.
Kemudian pada ayat ke 36-37 allah menjadikan unta yang telah diciptakan
untuk mereka sebagai syiarnya dimana manusia memperoleh kebaikan.
·
Asbabun Nuzul
Surat al hajj ini berisi tentang dijelaskannya bagaimana tentang ibadah
kurban, haji, beserta tata caranya. Namun pada surat al hajj ayat ke 34 ini
tidak ditemukan sabab nuzulnya.
·
Pokok Kandungan
Allah telah mensyariatkan kurban kepada umat Muhammad sebagaiman yang
telah dilakukan oleh nabi terdahulu dan umat mereka. Tidak ada tuhan selain
allah yang patut untuk disembah dan yang berhak menerima kurban dari seorang
hamba. Berkurban merupakan salah satu tanda ketakwaan kepada allah swt.
c) Surat Al-Kautsar Ayat 2
فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ
menunjukkan arti menyembelih
binatang sebagai syiar agama. :انحر
Hari raya idul adha juga dinamakan
dengan id an-nahr karena pada saat itu dianjurkan menyembelih binatang sebagai
kurban.[1]
·
Asbabun Nuzul
Ayat ini turun pada peristiwa hudaibiyah yang ketika itu jibril datang,
jibril datang membawa wahyu yang memerintahkan menyembelih hewan kurban dan
melaksanakan salat, maka rasulullah melaksanakan salat ied dua rakaat disertai
khutbah, setelah melaksanakan salat rasulullah kemudian ke tempat penyembelihan
kurban untuk melaksanakan perintah penyembelihan hewan kurban.
d)
Surat Al-Maidah Ayat 27
وَاتْلُ
عَلَيْهِمْ نَبَاَ ابْنَيْ اٰدَمَ بِالْحَقِّۘ اِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ
مِنْ اَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْاٰخَرِۗ قَالَ لَاَقْتُلَنَّكَ ۗ
قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْن
bacakanlah wahai Muhammad: واتل
: kepada kaummu عليهم
: tentang sebuah berita نبأ
dua putra adam yaitu qabil dan habil: ابنياادم
: kurban yang dipersembahkan oleh habil adalah seekor
domba :قربانا sementara qabil adalah hasil tanaman.[2]
e)
Surat As-Saffat Ayat 102
فَلَمَّا
بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ
اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ
سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
فلما بلغ معه السعي : Ketika anak
mencapai usia yang produktif bersama ayahnya Ibrahim AS, dalam membantu segala
pekerjaan : [3]
C. Esensi dan Hikmah Kurban
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ
التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ كَذَٰلِكَ
سَخَّرَهَا لَكُمْ
لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak
dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.
Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan
Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada
orang-orang yang berbuat baik. (QS.Al-Hajj:37)
Disitu sudah dijelaskan bahwa
perintah berkurban bukan untuk kepentingan Allah namun untuk kemaslahatan
manusia itu sendiri. Sesungguhnya Allah itu Maha Kaya dan Maha Pemberi Rezeki
bukan karena Dia mengambil sesuatu dari daging-daging dan darah-darahnya.Karena
Allah adalah Zat Yang Maha Kaya dari selainNya. Dulu pada masa jahiliyah
apabila kaum musyrik menyembelih hewan untuk tuhan-tuhan mereka, mereka
meletakkan padanya daging-daging kurban mereka dan memercikkan kepadanya dari
darahnya.
Maka Allah berfirman “Daging-daging
unta dan darahnya itu sekali-sekali tidak mencapai (keridhaan) Allah”
artinya menerimanya dan mencukupi baginya. Sebagaimana disebutkan dalam As-Shahih,
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa kalian dan kepada
harta-harta kalian dan kepada harta-harta kalian,akan tetapi Dia melihat kepada
apa yang ada didalam hati kalian dan amalan-amalan kalian”.[4]
Hikmah perintah berkurban
antara lain adalah untuk memupuk rasa persaudaraan antar sesama. Melatih rasa
kepedulian terhadap orang-orang disekitar kita sebab pada dasarnya manusia
adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri.
Hikmah di Balik Menyembelih Qurban
Pertama: Bersyukur kepada Allah atas nikmat hayat (kehidupan) yang diberikan.
Kedua: Menghidupkan ajaran Nabi Ibrahim –khalilullah (kekasih Allah)-
‘alaihis salaam yang ketika itu Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih
anak tercintanya sebagai tebusan yaitu Ismail ‘alaihis salaam ketika hari an
nahr (Idul Adha).
Ketiga: Agar setiap mukmin mengingat kesabaran Nabi Ibrahim dan Isma’il
‘alaihimas salaam, yang ini membuahkan ketaatan pada Allah dan kecintaan
pada-Nya lebih dari diri sendiri dan anak. Pengorbanan seperti inilah yang
menyebabkan lepasnya cobaan sehingga Isma’il pun berubah menjadi seekor domba.
Jika setiap mukmin mengingat kisah ini, seharusnya mereka mencontoh dalam
bersabar ketika melakukan ketaatan pada Allah dan seharusnya mereka
mendahulukan kecintaan Allah dari hawa nafsu dan syahwatnya.[5]
Keempat: Ibadah qurban lebih baik daripada bersedekah dengan uang yang
semisal dengan hewan qurban.
Menyembelih
qurban adalah suatu ibadah yang mulia dan bentuk pendekatan diri pada Allah,
bahkan seringkali ibadah qurban digandengkan dengan ibadah shalat. Allah Ta’ala
berfirman,
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka
dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berqurbanlah.” (Qs. Al Kautsar: 2)
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ
وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Katakanlah:
sesungguhnya shalatku, nusuk-ku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb
semesta alam.” (Qs. Al An’am: 162). Di antara tafsiran an nusuk adalah
sembelihan, sebagaimana pendapat Ibnu ‘Abbas, Sa’id bin Jubair, Mujahid dan
Ibnu Qutaibah. Az Zajaj mengatakan bahwa bahwa makna an nusuk adalah segala
sesuatu yang mendekatkan diri pada Allah ‘azza wa jalla, namun umumnya
digunakan untuk sembelihan.[6]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kurban adalah mendekatkan
diri dengan jalan apa yang yang dikurbankan, dimana pendekatan tersebut
digunakan untuk beribadah kepada allah dan adapun simbolnya adalah dengan
menyembelihnya.
Hikmah dibalik disyariakannya kurban antara lain adalah untuk memupuk rasa persaudaraan
antar sesama. Melatih rasa kepedulian terhadap orang-orang disekitar kita sebab
pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri.
Daftar Pustaka
Shihab, M.Quraish Tafsir
al- Misbah pesan,kesan,dan keserasian al-qur’an, vol 2, ( Jakarta: Lentera
Hati, 2002 ).
al-Zuhayli, Wahbah Tafsir al-Munir fil
Aqidah wa Asy-syari’ah wa al Manhaj,jilid 3
( Damaskus: Dar al- Fikr, 2005).
Syakir, Syaikh Ahmad Mukhtashar
Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Darus Sunnah, 2016).
[1]
M.Quraish Shihab, Tafsir
al- Misbah pesan,kesan,dan keserasian al-qur’an, vol 2, ( Jakarta: Lentera
Hati, 2002 ), h.667
[2]
Wahbah al-Zuhayli, Tafsir al-Munir fil Aqidah wa Asy-syari’ah wa al Manhaj,jilid
3 ( Damaskus: Dar al- Fikr, 2005), h.483
[3]
Wahbah al-Zuhayli, Tafsir al-Munir fil Aqidah wa Asy-syari’ah wa al Manhaj,
( Damaskus: Dar al- Fikr, 2005), h. 19.
[4]
Syaikh Ahmad Syakir, Mukhtashar
Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Darus Sunnah, 2016) hlm. 721
[5] Mawsu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah,
2/1528
[6] Zaadul Masiir, 2/446
Komentar
Posting Komentar